
Menemukan Ketenangan dalam Ibadah: Latihan Soal Fiqih Kelas 3 tentang Shalatnya Orang Sakit
Ibadah shalat merupakan tiang agama yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Namun, ketika sakit melanda, kewajiban shalat tetap ada, meskipun pelaksanaannya mungkin mengalami penyesuaian. Memahami aturan dan cara melaksanakan shalat bagi orang yang sakit adalah bagian penting dari pembelajaran Fiqih, terutama bagi siswa Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah.
Artikel ini bertujuan untuk membekali para siswa Kelas 3 dengan pemahaman yang komprehensif mengenai shalatnya orang sakit melalui serangkaian latihan soal yang dirancang untuk menguji dan memperdalam pengetahuan mereka. Dengan latihan soal yang variatif dan relevan, diharapkan siswa dapat menguasai materi ini dengan baik, sehingga mereka dapat menjalankan ibadah shalat dengan tenang dan khusyuk meskipun dalam kondisi kurang sehat.
Mengapa Memahami Shalatnya Orang Sakit Itu Penting?

Sakit adalah ujian dari Allah SWT. Dalam kondisi sakit, fisik seringkali melemah, pikiran mungkin terganggu, dan rasa tidak nyaman bisa menghampiri. Namun, justru di saat-saat seperti inilah seorang Muslim perlu semakin mendekatkan diri kepada Allah. Shalat, sebagai sarana komunikasi langsung dengan Sang Pencipta, menjadi sumber kekuatan, kesabaran, dan ketenangan spiritual.
Memahami bagaimana cara shalat bagi orang sakit bukanlah sekadar menghafal aturan. Ini adalah tentang bagaimana Islam memberikan kemudahan dan keringanan (rukhshah) bagi hamba-Nya yang sedang dalam kesulitan. Islam tidak membebani umatnya di luar batas kemampuannya. Oleh karena itu, mengetahui rukhsah dalam shalat bagi orang sakit adalah wujud kepedulian agama terhadap kondisi umatnya.
Bagi siswa Kelas 3, mempelajari topik ini sejak dini akan menanamkan pemahaman bahwa ibadah itu fleksibel dan penuh kasih sayang. Mereka akan belajar bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang senantiasa memberikan jalan keluar bagi hamba-Nya yang membutuhkan.
Pokok-Pokok Materi Shalatnya Orang Sakit yang Akan Dibahas:
Sebelum masuk ke latihan soal, mari kita ulas kembali beberapa poin penting terkait shalatnya orang sakit yang menjadi dasar latihan soal ini:
- Kewajiban Shalat Tetap Ada: Sakit bukanlah alasan untuk meninggalkan shalat. Selama akal masih berfungsi, kewajiban shalat tetap berlaku.
- Cara Pelaksanaan Shalat:
- Berdiri: Jika mampu, wajib shalat dengan berdiri.
- Duduk: Jika tidak mampu berdiri, boleh shalat dengan duduk. Cara duduknya bisa bersila, di kursi, atau sesuai kemampuan.
- Berbaring: Jika tidak mampu duduk, boleh shalat dengan berbaring miring, dengan wajah menghadap kiblat.
- Berbaring Telentang: Jika tidak mampu berbaring miring, boleh shalat dengan berbaring telentang, dengan kaki diangkat sedikit menghadap kiblat.
- Gerakan Shalat: Ruku’ dan sujud dilakukan dengan isyarat. Jika mampu sedikit membungkuk untuk ruku’ dan lebih membungkuk untuk sujud, maka dilakukan sesuai kemampuan. Jika hanya mampu menggerakkan kepala, maka cukup dengan isyarat kepala.
- Bersuci (Wudhu dan Tayamum):
- Air: Jika sakit dan tidak khawatir bertambah parah atau terkena bahaya lain jika terkena air, maka wajib berwudhu dengan air.
- Tayammum: Jika tidak bisa berwudhu karena sakit atau tidak ada air, atau airnya membahayakan, maka boleh bertayammum menggunakan debu suci.
- Mand: Jika sakit dan tidak boleh terkena air sama sekali untuk mandi janabat atau mandi wajib karena sakit, maka ia dibolehkan bertayammum.
- Menjama’ Shalat: Orang sakit yang kondisinya sangat lemah atau memiliki udzur syar’i lainnya boleh menjama’ (menggabungkan) dua shalat fardhu yang berurutan, yaitu Dzuhur dengan Ashar, atau Maghrib dengan Isya’. Shalat Subuh tidak dijamak.
Mari Berlatih! Latihan Soal Fiqih Kelas 3 tentang Shalatnya Orang Sakit
Berikut adalah serangkaian latihan soal yang akan membantu kamu memahami lebih dalam tentang shalatnya orang sakit. Bacalah setiap soal dengan teliti, lalu jawablah sesuai dengan pemahamanmu.
Bagian A: Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat!
-
Ketika seseorang sedang sakit, apakah ia tetap wajib shalat?
a. Tidak, karena sakit membatalkan kewajiban shalat.
b. Ya, selama akalnya masih berfungsi, kewajiban shalat tetap ada.
c. Tergantung seberapa parah sakitnya.
d. Hanya shalat tertentu yang wajib. -
Jika seseorang sakit dan tidak mampu berdiri untuk shalat, cara shalat yang diperbolehkan adalah dengan:
a. Tetap berusaha berdiri meskipun kesakitan.
b. Duduk.
c. Meninggalkan shalat sampai sembuh.
d. Shalat sambil berbaring saja. -
Bagi orang yang sakit dan tidak mampu duduk, cara shalat yang diperbolehkan adalah:
a. Duduk dengan bersila.
b. Berbaring miring menghadap kiblat.
c. Berbaring telentang.
d. Shalat sambil berdiri. -
Jika seseorang sakit dan tidak mampu menggerakkan seluruh badannya untuk ruku’ dan sujud, ia dapat melakukan gerakan shalat dengan:
a. Menggunakan tongkat untuk membantu.
b. Tetap memaksakan diri melakukan gerakan ruku’ dan sujud.
c. Menggerakkan kepala sebagai isyarat.
d. Meminta orang lain menggantikannya shalat. -
Kapan seseorang boleh bertayammum saat sakit?
a. Jika hanya malas berwudhu.
b. Jika tidak ada air sama sekali.
c. Jika berwudhu dengan air justru akan membahayakan dirinya atau memperparah penyakitnya.
d. Jawaban b dan c benar. -
Seseorang yang sedang sakit boleh menjama’ shalat jika:
a. Ia sedang berpergian jauh.
b. Ia merasa sangat lelah dan lemah karena sakit.
c. Ia sedang menghadapi ujian sekolah.
d. Ia ingin menghemat waktu. -
Shalat yang boleh dijamak (digabungkan) oleh orang sakit adalah:
a. Dzuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya’.
b. Subuh dan Dzuhur.
c. Ashar dan Maghrib.
d. Shalat lima waktu semuanya bisa dijamak. -
Jika seseorang sakit dan tidak bisa berwudhu, tetapi masih bisa menggunakan air untuk membersihkan sebagian anggota tubuhnya, maka ia sebaiknya:
a. Tetap bertayammum.
b. Berwudhu dengan air sebisanya.
c. Meninggalkan shalat.
d. Menunggu sampai sembuh total. -
Tujuan Allah memberikan rukhsah (keringanan) dalam shalat bagi orang sakit adalah:
a. Agar orang sakit merasa lebih nyaman.
b. Agar ibadah tetap terlaksana meskipun dalam kondisi sulit.
c. Agar orang sakit tidak merasa terbebani.
d. Semua jawaban benar. -
Jika seseorang sakit dan mampu shalat dengan duduk, namun tidak mampu berdiri, maka ia:
a. Wajib shalat sambil berdiri.
b. Wajib shalat sambil duduk.
c. Boleh memilih antara berdiri atau duduk.
d. Boleh tidak shalat.
Bagian B: Isilah Titik-Titik di Bawah Ini dengan Jawaban yang Tepat!
- Kewajiban shalat bagi orang sakit tetap ada selama akalnya masih __.
- Jika tidak mampu berdiri, orang sakit boleh shalat dengan cara __.
- Apabila tidak mampu duduk, orang sakit boleh shalat dengan cara __.
- Ruku’ dan sujud bagi orang yang sakit dilakukan dengan __.
- Jika berwudhu dengan air dapat membahayakan, maka orang sakit boleh melakukan __.
- Shalat Subuh tidak bisa dijamak dengan shalat __.
- Islam memberikan kemudahan yang disebut __ bagi orang yang sakit.
- Orang yang sakit dan tidak mampu berdiri, maka ia melaksanakan shalat dengan cara yang paling __.
- Shalat Dzuhur boleh dijamak dengan shalat __.
- Seseorang yang sakit parah dan tidak bisa menggerakkan badannya sama sekali, cukup melakukan gerakan shalat dengan __.
Bagian C: Jawablah Pertanyaan-Pertanyaan Berikut dengan Jelas!
- Mengapa orang yang sakit tetap wajib shalat? Jelaskan!
- Uraikan tiga cara pelaksanaan shalat bagi orang yang sakit, mulai dari yang paling utama hingga yang paling ringan.
- Apa yang dimaksud dengan tayamum? Kapan orang sakit boleh melakukan tayamum?
- Jelaskan pengertian menjama’ shalat. Shalat apa saja yang boleh dijamak oleh orang sakit?
- Bayangkan kamu sedang sakit dan merasa sangat lemas. Bagaimana cara kamu melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar jika kamu merasa kesulitan untuk mengerjakannya secara terpisah?
Kunci Jawaban (untuk Guru/Orang Tua)
Bagian A:
- b
- b
- b
- c
- d
- b
- a
- b
- d
- b
Bagian B:
- sehat/sadar
- duduk
- berbaring (miring atau telentang)
- isyarat
- tayamum
- Maghrib/Isya’ (salah satu)
- rukhsah
- ringan/mudah/mampu
- Ashar
- isyarat kepala
Bagian C:
- Jawaban: Orang yang sakit tetap wajib shalat karena shalat adalah tiang agama yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim mukalaf (berakal). Sakit bukanlah alasan untuk meninggalkan shalat, melainkan Islam memberikan keringanan dalam cara pelaksanaannya agar ibadah tetap dapat dijalankan.
- Jawaban: Tiga cara pelaksanaan shalat bagi orang sakit adalah:
- Berdiri: Jika mampu berdiri, maka wajib shalat dengan berdiri.
- Duduk: Jika tidak mampu berdiri tetapi mampu duduk, maka shalat dengan cara duduk (misalnya bersila, di kursi, atau sesuai kemampuan).
- Berbaring: Jika tidak mampu duduk, maka shalat dengan cara berbaring, yaitu berbaring miring dengan wajah menghadap kiblat, atau jika tidak mampu miring, maka berbaring telentang dengan kaki diangkat sedikit menghadap kiblat.
- Jawaban: Tayammum adalah bersuci dengan menggunakan debu tanah yang suci sebagai pengganti wudhu atau mandi wajib ketika tidak ada air atau airnya membahayakan. Orang sakit boleh melakukan tayamum jika ia tidak bisa berwudhu karena sakit, tidak menemukan air, atau jika menggunakan air justru akan membahayakan dirinya atau memperparah penyakitnya.
- Jawaban: Menjama’ shalat adalah menggabungkan dua shalat fardhu yang waktunya berurutan menjadi satu waktu. Shalat yang boleh dijamak oleh orang sakit adalah shalat Dzuhur dengan shalat Ashar, dan shalat Maghrib dengan shalat Isya’. Shalat Subuh tidak bisa dijamak.
- Jawaban: Jika saya sakit dan merasa sangat lemas, saya akan melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar dengan cara menjama’ takdim (melaksanakan keduanya di waktu Dzuhur) atau menjama’ ta’khir (melaksanakan keduanya di waktu Ashar), tergantung mana yang lebih ringan bagi saya. Saya akan shalat dengan duduk jika mampu, atau berbaring jika tidak mampu duduk, dan melakukan ruku’ serta sujud dengan isyarat.
Penutup
Memahami dan mempraktikkan tata cara shalat bagi orang sakit adalah bentuk ketaatan kita kepada Allah SWT dan bentuk rasa syukur atas nikmat Islam yang penuh kasih sayang. Melalui latihan soal ini, diharapkan para siswa Kelas 3 dapat semakin terampil dan percaya diri dalam menjalankan ibadah shalat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Ingatlah, Allah mencintai orang yang melaksanakan ibadah-Nya dengan penuh kesadaran dan sesuai dengan tuntunan-Nya. Teruslah belajar dan berlatih, semoga ibadah kita diterima oleh Allah SWT.